Pernyataan Produk Yang Diboikot Karena Dituding Pro Israel. Sejak beberapa hari terakhir, seruan untuk memboikot produk-produk yang dituding pro Israel telah ramai diperbincangkan di berbagai platform media sosial seperti X sebelumnya Twitter dan Instagram. Di lini masa, banyak netizen menuding perusahaan multinasional asal Amerika Serikat dan Eropa Barat turut serta menyokong Israel dalam aksinya yang tengah membombardir Jalur Gaza, Palestina.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) turut angkat suara terkait isu ini dengan mengeluarkan fatwa yang mengharamkan dukungan terhadap serangan Israel ke Palestina, baik secara langsung maupun tidak langsung. Fatwa tersebut tercatat sebagai Fatwa No.83/2023 tentang Hukum Dukungan terhadap Perjuangan Palestina.
Dalam fatwa tersebut, MUI menyerukan kepada umat Islam untuk memaksimalkan upaya menghindari transaksi dan penggunaan produk-produk yang berasal dari Israel, yang terafiliasi dengan Israel, serta yang mendukung penjajahan. Fatwa ini mencerminkan sikap tegas MUI dalam menentang segala bentuk dukungan terhadap tindakan agresif Israel di Palestina.
Beberapa narasumber juga memberikan komentar terkait seruan boikot ini. Salah satu narasumber mengungkapkan, “Boikot produk-produk yang terkait dengan Israel adalah salah satu cara yang efektif untuk menunjukkan solidaritas dan mendukung perjuangan rakyat Palestina.” Komentar ini mencerminkan pandangan bahwa tindakan boikot dapat menjadi bentuk protes damai dari masyarakat internasional terhadap kebijakan Israel yang dianggap merugikan rakyat Palestina.
Dengan meningkatnya wacana boikot ini di media sosial, diharapkan masyarakat dapat lebih sadar akan dampak dari konsumsi produk-produk yang diduga mendukung Israel. Selain itu, fatwa dari MUI juga menjadi panduan bagi umat Islam dalam menjalankan tindakan boikot secara sadar dan berkesinambungan.
Baca Juga: Fatwa MUI, Haramkan Beli Dan Menggunakan Produk Pro Israel
Pernyataan Produk Coca-Cola Terhadap Seruan Boikot, Respons, Komentar Dan Klarifikasi
Pernyataan Produk Coca-Cola Terhadap Seruan Boikot. Coca-Cola, salah satu merek minuman bersoda yang tengah menjadi sasaran seruan boikot, memberikan tanggapannya terkait isu ini. Perusahaan yang berasal dari Negeri Paman Sam ini dihadapkan pada seruan boikot terkait hubungannya dengan Amerika Serikat, sekutu terdekat Israel.
Lucia Karina, Direktur Public Affairs, Communication & Sustainability untuk Indonesia dan Papua Nugini di Coca-Cola Europacific Partners (CCEP), menanggapi isu boikot ini dengan menyatakan bahwa aksi tersebut merupakan pilihan konsumen di Indonesia. Dalam pernyataannya kepada Antara, Lucia mengungkapkan sikapnya yang bijak, “Makanya aku tidak mau berkomentar karena ini menyangkut hak asasi dari masing-masing juga.”
Meskipun Coca-Cola berasal dari Amerika Serikat, Lucia menegaskan bahwa hampir semua elemen produksi, mulai dari bahan baku hingga tenaga kerja, berasal dari Indonesia. “Yang jelas gini, apapun yang terjadi, semua produk-produk itu diproduksi oleh orang-orang Indonesia dengan menggunakan produk lokal Indonesia untuk Indonesia. Itu aja,” tegasnya.
Sebagai perusahaan multinasional, Coca-Cola dihadapkan pada tuntutan untuk beradaptasi dengan perubahan, termasuk isu-isu geopolitik. Lucia menekankan bahwa dalam menghadapi dinamika dunia, perlu fokus pada doa untuk perdamaian dan kedamaian. “Yang jelas, namanya dunia selalu bergerak dengan segala itu. Yang penting mari kita doakan untuk perdamaian dan kedamaian,” ungkapnya.
Coca-Cola, selain memproduksi minuman bersoda dengan merek utamanya, juga menghasilkan minuman bersoda lainnya di Indonesia, seperti Fanta dan Sprite. Tanggapan ini mencerminkan komitmen perusahaan untuk terus berkontribusi pada perekonomian dan masyarakat Indonesia, sambil tetap menjaga kualitas produk.
Baca Juga: LPPOM MUI Klarifikasi Fatwa MUI Tentang Produk Pro Israel
Danone Indonesia Klarifikasi Tidak Beroperasi Di Israel Dan Tidak Terlibat Dalam Politik
Arif Mujahidin, Direktur Komunikasi Korporat Danone Indonesia, memberikan klarifikasi terkait rumor yang beredar bahwa Danone memiliki keterlibatan politik di Israel. Arif menegaskan bahwa Danone bukan hanya tidak memiliki pabrik di Israel, tetapi juga tidak beroperasi di negara tersebut.
Sebagai perusahaan swasta, Danone menekankan bahwa mereka tidak terlibat dalam urusan politik di mana pun. Dikutip dari halaman Tribunnews, Arif menjelaskan, “Misi Danone adalah meningkatkan kesehatan melalui makanan dan minuman. Danone merupakan entitas bisnis yang tidak memiliki keterkaitan atau melibatkan diri dalam pandangan politik ataupun hal-hal di luar wilayah bisnis.”
Arif menambahkan bahwa Danone merupakan perusahaan publik yang beroperasi di 120 negara, dengan karyawan yang berasal dari berbagai latar belakang etnis dan budaya. “Sebaliknya, Danone berkomitmen untuk menjadikan bisnis sebagai kekuatan untuk mengalirkan kebaikan kepada masyarakat,” ujar Arif.
Klarifikasi tersebut mencakup informasi bahwa Danone tidak memiliki afiliasi politik dalam konflik yang terjadi di Timur Tengah. Arif menekankan bahwa perusahaan telah berinvestasi secara signifikan di Indonesia, membuka banyak lapangan kerja, dan memiliki 25 pabrik di seluruh negeri dengan 13.000 karyawan.
Selain merek air mineral Aqua, beberapa merek Danone yang dikenal di Indonesia meliputi susu formula SGM, Nutricia, Nutrilon, dan Bebelac. Arif menyatakan, “Danone terus berkomitmen untuk mengembangkan investasinya di Indonesia demi turut membantu ekonomi, sosial, dan kesehatan bangsa Indonesia.”
Dengan klarifikasi ini, Danone Indonesia berharap dapat mengatasi miskonsepsi dan memastikan bahwa perusahaan fokus pada misi kesehatan dan kontribusinya terhadap pembangunan di Indonesia.
Baca Juga: Biaya Haji 2024, Kemenag Dan DPR Bentuk Panitia Kerja BPIH
Sikap Tegas Starbucks Terhadap Tudingan Dan Dukungan Perdamaian Global
Pernyataan Produk Starbucks terhadap tudingan memberikan dukungan kepada Israel. Manajemen Starbucks memberikan tanggapan tegas terhadap berbagai tudingan yang dialamatkan kepada perusahaan, dengan menyatakan bahwa mereka tidak mendukung tindakan yang mengandung kebencian dan kekerasan. Pernyataan resmi ini disampaikan melalui laman resmi Starbucks.
“Kami dengan tegas menyatakan tidak mendukung tindakan yang mengandung kebencian dan kekerasan, sepenuhnya mendukung usaha perdamaian di dunia,” demikian pernyataan resmi yang diungkapkan Starbucks.
Manajemen juga menegaskan bahwa baik Starbucks maupun mantan presiden perusahaan, Howard Schultz, tidak pernah memberikan dukungan finansial kepada Israel. Pernyataan ini sejalan dengan karakter Starbucks sebagai organisasi non-politik, yang ditegaskan kembali dalam perbaharuan laman resmi perusahaan pada Oktober 2023.
“Baik Starbucks maupun mantan pemimpin, presiden, dan CEO perusahaan, Howard Schultz, tidak memberikan dukungan finansial kepada pemerintah Israel dan/atau Angkatan Darat Israel dengan cara apa pun,” tandas Starbucks.
Baca Juga: Pesawat Jatuh Berjenis Super Tucano Milik TNI AU
Mengomentari situasi global, Starbucks Indonesia menyampaikan duka dan simpati mendalam bagi mereka yang menjadi korban, terluka, terlantar, dan terkena dampak akibat aksi yang keji. Pernyataan ini mencerminkan kepedulian Starbucks terhadap kondisi sosial dan kemanusiaan di seluruh dunia.
Perlu diketahui, hingga paruh pertama tahun 2023, Starbucks telah mengoperasikan lebih dari 37.000 gerai di 85 negara. Namun, Starbucks tidak beroperasi di Israel.
Pada tahun 2001, Starbucks sempat membuka gerai di Tel Aviv. Namun, hanya dalam waktu dua tahun, tepatnya pada 2003, Starbucks memutuskan untuk menutup gerainya di Israel akibat kerugian yang dialami. Keputusan tersebut menunjukkan komitmen Starbucks untuk menjaga integritas dan keberlanjutan operasionalnya.